Ekonomi Sumatera Utara (Sumut) tumbuh 4,69 persen (yoy) pada Triwulan II-2025, dengan pertumbuhan kuartalan 2,97 persen, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dilansir RRI.co.id. Sektor Transportasi dan Pergudangan memimpin dengan pertumbuhan 12,83 persen, diikuti Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 7,17 persen. Konsumsi rumah tangga menyumbang 51,23 persen, sementara ekspor melonjak 11,95 persen. Apa artinya ini bagi masyarakat Sumut?
Keuntungan bagi Masyarakat
Mobilitas dan Logistik yang Lebih Baik
Pertumbuhan sektor transportasi meningkatkan efisiensi logistik dan mobilitas. Dengan jumlah penumpang kereta api mencapai 241.943 orang pada Juli 2025 (naik 19 persen) dan ketepatan waktu hampir 100 persen, masyarakat, terutama UMKM, menikmati biaya distribusi yang lebih rendah dan akses transportasi yang andal. Ini memudahkan pedagang dan pekerja komuter di wilayah seperti Medan-Tanjungbalai.
Peningkatan Pendapatan Petani
Sektor pertanian, yang menyumbang 25,88 persen PDRB, tumbuh kuat berkat harga CPO yang membaik dan kepastian harga gabah. Petani di pedesaan merasakan pendapatan lebih stabil, meningkatkan daya beli untuk kebutuhan seperti pendidikan atau perbaikan rumah.
Daya Beli dan Pariwisata
Konsumsi rumah tangga, didorong gaji ke-13 dan ke-14 serta momentum keagamaan, meningkatkan permintaan di sektor pendidikan, makanan, dan rekreasi. Sektor pariwisata juga menggeliat dengan kunjungan wisatawan dan tingkat hunian hotel yang naik, menciptakan lapangan kerja di perhotelan dan jasa.
Kerugian dan Tantangan
Pelemahan Belanja Pemerintah
Belanja pemerintah yang melemah dapat menghambat proyek infrastruktur dan program sosial, mengurangi lapangan kerja bagi masyarakat yang bergantung pada proyek publik.
Inflasi dan Ketimpangan
Tekanan inflasi membatasi pemulihan daya beli, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Pertumbuhan ekonomi lebih terasa di perkotaan seperti Medan, sementara daerah pedesaan kurang merasakan manfaat, meskipun rasio Gini turun ke 0,297.
Ketergantungan pada Sektor Primer
Dominasi sektor pertanian membuat ekonomi rentan terhadap fluktuasi harga komoditas global. Kurangnya modernisasi pertanian juga menghambat produktivitas jangka panjang.
Dampak Nyata bagi Masyarakat
Petani menikmati pendapatan lebih tinggi dari komoditas seperti kelapa sawit, sementara pekerja informal di transportasi dan pariwisata mendapat peluang kerja tambahan. Konsumsi rumah tangga yang meningkat memacu usaha kecil seperti pedagang makanan. Namun, inflasi masih menekan kelompok miskin, dan manfaat pertumbuhan belum merata hingga ke pedesaan.
Rekomendasi
Untuk memaksimalkan manfaat, pemerintah daerah perlu mempercepat belanja produktif, mendorong diversifikasi ekonomi ke industri pengolahan, dan memberikan subsidi pangan untuk melindungi daya beli. Pengembangan pariwisata dan infrastruktur di daerah terpencil juga dapat mengurangi ketimpangan. Dengan langkah tepat, pertumbuhan ini dapat lebih inklusif dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakat Sumut.
Catatan: Data diambil dari RRI.co.id dan analisis konteks lokal.

